Saksi Bisu Sejarah Eksistensi Indonesia

Radio Rime Raya, Saksi Bisu Sejarah Eksistensi Indonesia

Rime Raya-Berdiri kokoh menjulang 22 meter diatas permukaan tanah , diasapi awan pegunungan Rime Raya. Diam tak bergerak , membisu menahan terpaan angin dan hujan. Membatu diatas lahan dua hektar seakan menunjukkan eksistensi sebagai bukti sejarah yang bisu tentang eksistensi Indonesia dimasa kritis.

Jika dulunya monumen radio Rime Raya berada di belantara hutan tropis gayo yang sepi da dan ditutupi awan, berada 280 km Tenggara Banda Aceh, 40 kilometer dari Takengon, dan 20 kilometer dari Ibukota Kabupaten Bener Meriah, kini dihuni 90 Kepala Keluarga di Kampung Rime Raya Radio Rime (bukan Rimba-Red) Raya adalah saksi bisu sejarah Indonesia yang terletak di Kampung Rime Raya Kecamatan Pintu Rime Gayo Kabupaten Bener Meriah.

Di tugu Radio Rime Raya (RRR) dulunya, Antena radio dipasang yang mengabarkan bahwa Indonesia masih Utuh dan tidak bisa ditaklukkan Belanda melalui agresinya. Tanggal 19 Desember 1948 dipancarkan siaran ke seluruh dunia dalam tiga bahasa, Inggris, Urdu dan Indonesia yanga menyatakan bahwa pemerintahan Indonesia masih eksis berdiri dan membantah propaganda Radio Belanda (Hilversum) yang menyebutkan bahwa Indonesia telah menyerah kepada Belanda.

Saat itu Indonesia memasuki masa sangat kritis karena Ibukota RI yang dipindahkan ke Yogjakarta sudah dikuasai Belanda termasuk stasiun radio. Pemancar Radio Indonesia satu-satunya di Rime Raya menjadi alat penting propaganda mempertahankan kemerdekaan RI yang sudah diproklamirkan Tanggal 17 Agustus 1945. Perdana Menteri Syafruddin Prawiranegara yang berada di Jamur Barat Kecamatan Bius Kabupaten Aceh Tengah mengedalikan operasional radio perjuangan RI tersebut dengan jarak dari tugu Rime Raya 100 kilometer lebih melalui seorang kurir yang berkenderaan kuda.

RRR mempunyai arti penting dalam sejarah perjuangan RI karena Belanda yang melakukan agresi pertama terus melacak keberadaan radio Indonesia ini untuk dihancurkan karena menyiarkan bahwa Indonesia sudah merdeka dan masih eksis. Panglima Divisi Gajah X, Kolonel Hoesin Yoesoef berhasil menyembunyikan pemancar radio Indonesia (RRR) dengan cara berpindah-pindah lokasi pemancar, termasuk mengamankan sebuah generator listrik kecil, sebagai sumber energi radio.

Menurut catatan, Belanda yang mempunyai alat hunting pemancar terus mengejar keberadaan radio yang dipancarkan seolah-olah disiarkan RRI tersebut, guna memberangus satu-satunya alat propaganda Indonesia . Akibatnya, RRR terus dipindah-pindah dari markas Divisi X Gajah di Krueng Simpo, kemudian dialihkan ke Burni Bius Takengon dan terakhir di Belantara Rime Raya.

Kini, RRR masih berdiri kokoh tidak jauh dari pemukiman warga Kampung Rime Raya. Perawatan dilakukan oleh kelompok Pemuda setempat yang diketuai Suka (30) yang melakukan gotong royong setiap Minggu dengan biaya dari Pemda Bener Meriah.Hanya saja, menurut Kepala Kampung Rime Raya, Rabu (30/1) , Samudra (40) warga ingin agar diseputar tugu RRR dibangun museum tentang Radio Rime Raya sehingga siapapun yang berkunjung kesana, mengetahui sejarahnya perjuangan RI

Hal senada diungkapkan Camat Pintu Rime Gayo, Drs. Abdurrahman. Menurut Camat, sebaiknya kata Rimba diganti dengan Rime, sesua kaidah bahasa Gayo. Selain itu, dibuatkan museum RRR yang berisi sejarah Radio Rime Raya, termasuk radio yang dipakai saat mengumandangkan eksistensi Indonesia, yang saat ini konon berada di sebuah museum di Yogjakarta dan menempatkan buku-buku sejarah tentang RRR
Keinginan warga Rime Raya lainnya adalah membangun pasilitas Mersah (mushalla) di komplek tugu dan penerangan listrik yang hingga kini belum ada di tugu RRR.

Dengan semakin banyaknya pengunjung wisata sejarah ke RRR, Camat dan warga juga meminta agar RRR dipugar kembali dengan bangunan representatif sebagai aset nasional, termasuk membangun gedung pertemuan dan menjadi pusat rekreasi sejarah.
Dikatakan Samudra, sampai saat ini , masih ada dua orang saksi sejarah Radio Rime Raya yang masih hidup dan merupakan warga asli Rime Raya, yaitu RM Toekiran Aman Yus (60) dan Hasan Kahar Aman Sanen (60).

Sayang kedua narasumber yang menurut Kepala Kampung Samudra sering bergaul dengan para penyiar radio Indonesia itu sedang berada diluar daerah. Monumen Radio Rime Raya sebelumnya dibangun Pemda Aceh Tengah sebelum memekarkan Kabupaten Bener Meriah tahun 1986 di bekas penempatan antena radio perjuangan RI tersebut.

Tugu beton yang dibangun dilokasi antena tersebut dengan menempatkan pada bagian puncaknya antena asli radio perjuangan RI. Pada Tanggal 20 September 1990, H. Bustanul Arifin SH, yang menjadi Menteri Koperasi dan Kabulog, kemudian meresmikan pembangunan kembali Tugu RRR.

Di tempat yang sama, ketua Dewan Kesenian Aceh Bener Meriah, Jurnalisa SE, juga menyampaikan kekuatirannya akan aset nasional Indonesia yang menurutnya kurang dihargai. Jurnalisa berharap pemerintah RI segera menjadikan monumen Radio Rime Raya menjadi aset nasional dan membangun fasilitas pendukung sebagai saksi bisu sejarah Indonesia .

Jurnalisa merencanakan, di pertengahan tahun ini akan menggelar kesenian tradisional Gayo, yaitu didong, digelar secara massal di Tugu RRR. Selain juga dilangsungkan pembacaan puisi tentang Radio Rime Raya yang “terlupakan”.

Menurutnya, Pemda Bener Meriah harus menjadikan sekitar tugu RRR kawasan wisata sejarah dan pusat kegiatan di Bener Meriah guna melestarikan sejarah Indonesia yang diukir dari belantara Bener Meriah jika tidak ingin sejarah menjadi bagian yang kabur dan abstrak.
Diseputar Tugu RRR saat ini dibangun taman-taman yang belum tertata rapi. Beberapa kolam yang tidak berpungsi. Anak-anak warga setempat yang berkerumun datang saat melihat banyak orang yang berkunjung melihat tugu.

Menurut Samudra, Rafli, seniman Aceh beberapa waktu sebelumnya berkunjung ke Tugu RRR. Berdasarkan catata sejarah, Tanggal 19 Desember 1948, Gubernur Militer Aceh, Langkat dan Tanah Karo dalam sidang pertahanan daerah, antara lain memutuskan , Tanggal 20 Desember 1948, Pemancar Radio yang kemudian dinamakan Radio Rime Raya, Harus telah mengudara yang mengumandangkan Kemerdekaan RI.

Radio Rime Raya membuktikan bahwa kawasan Aceh merupakan daerah modal bagi Indonesia yang ditunjukkan dengan salah satu fakta sejarah, yaitu tugu RRR. Yang terlupakan (Win Ruhdi Bathin)

Keterangan Foto---9357--Tugu Radio Rime Raya (RRR) Yang Terlupakan---Seorang anak warga Rime Raya Kecamatan Pintu Rime Gayo duduk dengan latar Tugu RRR. Tugu RRR adalah bagian penting sejarah Indonesia yang menyuarakan bahwa Indonesia sudah merdeka dan tidak pernah tunduk apalagi menyerah kepada Belanda walau stasiun radio dan Ibukota RI dipindah ke Yogjakarta, termasuk menahan Presiden RI I Ir. Soekarno. Dari Rime Raya dikumandangkan kemerdekaan RI dalam tiga bahasa, Inggris, Urdu dan Indonesia.Foto 9270--Wartawan Koran ini di prasasti Tgu Radio Rime Raya


Sumber: http://winbathin.multiply.com/journal/item/145/Kemerdekaan_Indonesia_Disuarakan_Dari_Hutan_Rime_Raya_Bener_Meriah

No Response to "Saksi Bisu Sejarah Eksistensi Indonesia"

Posting Komentar

Page Rank Checker Free Web Monitoring: Your Free Web Site Monitoring Service
powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes